Misteri Aurora Terkuak



WASHINGTON - Kemunculan aurora di angkasa kawasan Kutub Utara selalu mengundang decak kagum. Misteri mengenai sumber energi penyebab cahaya spektakuler itu kini terkuak. Satelit-satelit NASA telah menemukan semacam tali magnetik raksasa yang menghubungkan atmosfer bumi dan matahari. Tali magnetik itulah yang menyalurkan energi matahari sehingga tercipta aurora.



''Satelit-satelit kami telah menemukan keberadaan tali magnetik yang menghubungkan atmosfer atas langsung ke matahari,'' kata David Sibeck, ilmuwan pada Pusat Penerbangan Antariksa Goddard di NASA.

''Partikel-partikel cahaya matahari mengalir sepanjang tali itu, sehingga ada energi yang menimbulkan badai geomagnetik dan aurora,'' kata dia Rabu kemarin.

Tali magnetik adalah medan magnet yang terjalin seperti tali tambang. Wahana antariksa sebelum ini sudah mengetahui keberadaan tali magnetik itu sekilas, namun belum ada yang berhasil memetakan strukturnya.

''Lima satelit mikro kembar THEMIS berhasil memetakan,'' kata Sibeck. ''THEMIS menemukan tali magnetik itu pertama kali pada 20 Mei. Ukurannya sangat besar, sebesar bumi, dan terletak sekitar 65.000 km di atas permukaan bumi di kawasan yang disebut magnetopause.''

Magnetopause adalah kawasan yang dilalui partikel cahaya matahari menuju medan magnetik bumi. Tali magnetik itu terbentuk dan kemudian terurai lagi beberapa menit kemudian. Saat itulah, partikel matahari mengalir melalui tali itu.




Letupan energi dahsyat itu mengakibatkan munculnya aurora borealis, juga disebut substorm. Pada 23 Maret lalu, substorm yang meletup di atas Alaska dan Kanada menimbulkan pemandangan aurora yang mengagumkan selama dua jam.



Sumber Cahaya Aurora Diketahui

SAN FRANSISCO, RABU - Para ilmuwan yakin telah menemukan sumber energi yang memicu terbentuknya cahaya berwarna-warni di langit Kutub Utara. Fenomena yang juga dikenal sebagai Aurora Borealis ini memancar saat partikel-partikel bermuatan listrik dari Matahari mengalir deras di berkas medan magnet Bumi yang berpilin.

"Energi tersebut kemudian tiba-tiba dilepaskan dalam bentuk cahaya gemerlap pada latitude bagian atas Hemisfer Utara," ujar Vassilis Angelopuolos, principal investigator proyek Themis NASA dari Universitas California Los Angeles, AS. Temuan tersebut dipresetasikan dalam Pertemuan Gefisika Amerika, selasa (11/12).

Hal tersebut dapat diketahui dari hasil pengukuran yang dilakukan lima satelit Themis milik NASA yang memang dirancang mengintai cahaya utara. Pada Maret lalu, satelit-satelit tersebut mendeteksi semburat cahaya tersebut di atas Alaska dan kanada. Selama dua jam peristiwa berlangsung, kelima satelit berhasil mengukur aliran partikel dari ruang angkasa.

Hasilnya sangat mengejutkan para ilmuwan karena arus geomagnetik yang menghasilkan cahay aurora melaju hingga jarak 640 kilometer dalam semenit. Energi yang dilepaskannya setara dengan gempa berkekuatan 5,5 momen magnitude.

Meskipun para peneliti telah mengetahui eksistensi medan magnet Bumi yang berpilin sebagai pemicu aurora, fenomena tersebut tidak serta-merta dapat dibuktikan. Bukti ilmiah diperoleh sejak Mei saat kelima satelit berhasil memetakan struktur medan magnet yang unik dari ketinggian 64.000 kilometer.

Aurora Borealis berikutnya sedang ditunggu-tunggu kedatangannya tahun depan untuk diukur kembali arus geomegnetiknya. Proses pembentukannya sedang berlangsung sekarang. Para ilmuwan berharap misteri terbentuknya aurora dapat terpecahkan dan perdebatan berakhir.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © DUNIA KITA SEMUA